Foto: Ilustrasi Edu di Papua |
Papua – Penggiat sastra Papua dan pemerhati pendidikan di Papua, Andy Tagihuma, mengatakan bahwa kondisi pendidikan tanah Papua saat ini jauh berbeda dengan pendidikan waktu jaman Belanda.
Di Awal tahung 1930-an, banyak buku-buku tentang Papua yang diterbitkan oleh para misionaris dalam bahasa Byak. Kemudian banyak buku-buku ndari bahasa melayu diterjemahkan ke dalam bahasa Byak. Buku-buku itu kemudian didistribusikan dari Byak hingga ke Raja Ampat” katanya
Menurut Andy, sistem yang diterapkan pada waktu jaman Belanda juga lebih baik daripada sehingga mereka yang didik pada saat jaman itu jauh lebih pintar.
“Karena sistem pendidikan yang diterapkan sangat tepat. Yaitu menyesuaikan dengan kondisi ril dan kebutuhan yang sangat penting bagi anak-anak Papua. Kalau pada saat Papua sudah bersama Indonesia sistem pendidikan rusak. Karena sistem pendidikan menggunakan standar secara merata tanpa melihat kondisi-kondisi yang ada dilapangan, termasuk kondisi sosial dan budaya setempat” Kata Andy.
Disaat yang sama, Max Binur, Praktisi pendidikan dari Papua mengatakan bahwa sistem pendidikan yang berlaku di di Indonesia ini sesungguhnya tidak tepat, terutama dalam menyetarakan standar yang harus diikuti.
“Saya bersama beberapa kawan-kawan memulai untuk memberikan pendidikan tentang kearifan lokal, budaya, seni dan apa pun yang bisa memotivasi anak-anak Papua menjadi anak Papua yang tahu akan budayanya selain pendidikan. Karena dari situ, setiap anak secara tidak langsung menumbuhkan rasa bangga kepada identitasnya” kata Max.
Pendidikan juga dinilai bukan hanya tentang pelajaran tapi juga tentang sumber daya manusia itu sendiri yang mana adalah poin terpenting dari pendidikan yang sesungguhnya.
“Karena sampai saat ini, meskipun banyak gedung-gedung sekolah, tenaga guru sangat minim dan begitu pun sebaliknya. Itu yang saat ini terjadi di Papua” katanya.
0 comments:
Post a Comment