http://cinepop.com.br |
Film
"The First Grader" adalah berdasarkan kisah nyata yang pegang rekor
dunia dimana Kimani Ng'ange'a Maruge, (Oliver Litondo) seorang pria Kenya yang
pergi ke sekolah dasar (SD) untuk pertama kalinya pada usia yang ke-84.
Maruge,
pada saat atmosfir colonial British, dia tidak pernah dapat pendidikan yang
layak hanya karena tekanan, intimidasi, oleh penjajah (British) yang
berlebihan. Namun demikian, pada tahun 2002, Pemerintah Kenya mengumumkan pendidikan
gratis untuk semua orang. Dengan segera, kelas penuh dengan anak-anak muda yang
bersemangat untuk belajar. Di sekolah yang dikelolah oleh Jane Obinchu (Naomie
Harris), hanya ada 50 kursi untuk 200 siswa. Maruge dengar sekolah geratis itu
melalui FM Radio di daerah sekitarnya. Akhirnya, dia berpikir bahwa inilah
saatnya mimpi saya yang dulunya sulit untuk injak kaki di gapura sekolah, saya
akan bisa mematangkan cara menulis dan membaca.
Keingintahuannya
untuk belajar, Maruge harus berjalan ke sekolah kecil di dekat rumah desanya
yang terpencil untuk mendaftarkan diri sebagai siswa baru. Dia awalnya berbalik tetapi, diam-diam tanpa
gentar, kembali dan bersikeras dia perlu belajar cara membaca. Jane Obinchu
(Naomie Harris) – guru kelasnya sekaligus kepala sekolah, dengan enggan setuju
untuk mengambil kesempatan pada Maruge dan menemukan ruang untuknya di ruang
kelasnya yang sudah penuh. Meskipun dari pihak sekolah tolak dia, dan katakan
kepada Maruge bahwa kamu tidak layak untuk belajar di sekolah SD disini, apalagi
umurnya tidak semumur dengan anak-anak disini. Dia mempertahankan keinginannya
untuk tetap masuk sekolah tersebut. Jane merasa terpukul dengan Maruge saat dia bilang, “saya dengar Pemerintah mengeluarkan keputusan bahwa semua orang
bergahak masuk sekolah tanpa biaya apapuan (gratisan)”. Lagi-lagi guru-guru
lain termasuk Jane tidak terlalu mau untuk recruit Maruge. Meskippun begitu,
Jane dibiarkan Maruge bersekolah dengan anak-anak SD kelas 1. Saat Maruge
menyatakan kata-kata kedua kali yang menurut Jane sebagai guru SD mempertimbangkan dua kali kalau kata-kata itu akan membawa peradaban pendidikan Kenya yang penting untuk di agkat lebih tinggi bagi
generasi berikutnya yang lebih baik. Maka, Jane dengan bersedih mendengarkan perkataan Maruge, yakni “Kami ini
tidak sama sekali jika kami tidak mampu membaca.” Maruge juga bilang bahwa – “kami
ini tidak berguna tanpa tidak tahu pegang pinsil.”
Kekuasaan ada di pena. "Untuk membaca dan memahami, itu sangat penting. Ini adalah salah satu cara untuk menyelesaikan kemiskinan di antara kita. Dan Alkitab ... Saya tidak mempercayai para pengkhotbah di gereja-gereja.
Jane
dan Maruge akhirnya membentuk persahabatan yang santai, dengan Maruge melayani
sebagai mentor dan Jane angkat Maruge sebagai asisten kelasnya sambil Jane
mendorong and memberi pelajaran private tambahan kepada Maruge untuk menjadi
orang yang mampu membaca dan menulis karena tujuan maruge adalah mau tau menulis dan membaca dan dia tidak mengharapkan kalau dia mati tanpa tidak tahu baca dan tulis..
Sayangnya,
saat pertukaran guru datang, Jane harus pindah sekolah jauh dari tempat dia
mangajar. Dia baik hati tetapi baik bagi anak-anak yang ia tinggali, yang
semuanya menggemaskan. Ketika guru baru datang di sekolahnya Maruge, anak-anak
tidak setujuh; oleh karenanya, mereka tutup gapura sekolah. Mereka mau guru
seperti Jane. Maruge, kemudian, memutuskan untuk mengatur dukungan siswa/I SD untuk
kepulangannya. Meskipun anak-anak bersorak setiap langkah yang Oliver Litondo (Maruge)
sebagai 84 tahun membuat kebebasan, itu adalah kinerja yang tulus Jane sebagai kepala sekolah yang memenangkan kekaguman terbesar mereka. Dia adalah
guru yang penuh perhatian, penyayang, sensitif, ramah, dan menyenagkan yang
banyak dari mereka dapat ingat dari masa kecil mereka denganya. Individu yang
berdedikasi ini adalah pahlawan yang menempa jalan bagi generasi berikutnya.
Mereka layak mendapat pujian dan dukungan tanpa henti.
Drama
ini menyentuh semua catatan perasaan yang orang harapkan untuk dipukul dan
berpikir dua kali karena kesulitan diatasi, pengampunan dikabuli, pelajaran
dipelajari dan hati dihangatkan. Tetapi pertunjukan yang kuat dan estetika
visual yang dipelopori membantu mengurangi beberapa potensi sentimentalis film.
Saya suka film ini dan saya merekomendasikan Anda untuk nonton film ini.
Trialnya bisa Anda bisa lihat disini.
DIRECTOR: Justin Chadwick; SCREENWRITER: Ann Peacock
CAST: Naomie Harris, Oliver Musila Litondo,
Tony Kgoroge, Alfred Munyua, Shoki Mokgapa, Vusumuzi Michael Kunene
DISTRIBUTOR: National Geographic Entertainment,
BBC Films
Kebetulan saya tidak telaah isi dari film ini secara mendalam, kemungkinan tulisan berikut.
0 comments:
Post a Comment