Mar 28, 2018

Ulasan Film: The First Grader

http://cinepop.com.br

Film "The First Grader" adalah berdasarkan kisah nyata yang pegang rekor dunia dimana Kimani Ng'ange'a Maruge, (Oliver Litondo) seorang pria Kenya yang pergi ke sekolah dasar (SD) untuk pertama kalinya pada usia yang ke-84.

Maruge, pada saat atmosfir colonial British, dia tidak pernah dapat pendidikan yang layak hanya karena tekanan, intimidasi, oleh penjajah (British) yang berlebihan. Namun demikian, pada tahun 2002, Pemerintah Kenya mengumumkan pendidikan gratis untuk semua orang. Dengan segera, kelas penuh dengan anak-anak muda yang bersemangat untuk belajar. Di sekolah yang dikelolah oleh Jane Obinchu (Naomie Harris), hanya ada 50 kursi untuk 200 siswa. Maruge dengar sekolah geratis itu melalui FM Radio di daerah sekitarnya. Akhirnya, dia berpikir bahwa inilah saatnya mimpi saya yang dulunya sulit untuk injak kaki di gapura sekolah, saya akan bisa mematangkan cara menulis dan membaca.

Keingintahuannya untuk belajar, Maruge harus berjalan ke sekolah kecil di dekat rumah desanya yang terpencil untuk mendaftarkan diri sebagai siswa baru. Dia awalnya berbalik tetapi, diam-diam tanpa gentar, kembali dan bersikeras dia perlu belajar cara membaca. Jane Obinchu (Naomie Harris) – guru kelasnya sekaligus kepala sekolah, dengan enggan setuju untuk mengambil kesempatan pada Maruge dan menemukan ruang untuknya di ruang kelasnya yang sudah penuh. Meskipun dari pihak sekolah tolak dia, dan katakan kepada Maruge bahwa kamu tidak layak untuk belajar di sekolah SD disini, apalagi umurnya tidak semumur dengan anak-anak disini. Dia mempertahankan keinginannya untuk tetap masuk sekolah tersebut. Jane merasa terpukul dengan Maruge saat dia bilang, “saya dengar Pemerintah mengeluarkan keputusan bahwa semua orang bergahak masuk sekolah tanpa biaya apapuan (gratisan)”. Lagi-lagi guru-guru lain termasuk Jane tidak terlalu mau untuk recruit Maruge. Meskippun begitu, Jane dibiarkan Maruge bersekolah dengan anak-anak SD kelas 1. Saat Maruge menyatakan kata-kata kedua kali yang menurut Jane sebagai guru SD mempertimbangkan dua kali kalau kata-kata itu akan membawa peradaban pendidikan Kenya yang penting untuk di agkat lebih tinggi bagi generasi berikutnya yang lebih baik. Maka, Jane dengan bersedih mendengarkan perkataan Maruge, yakni “Kami ini tidak sama sekali jika kami tidak mampu membaca.” Maruge juga bilang bahwa – “kami ini tidak berguna tanpa tidak tahu pegang pinsil.” 
Kekuasaan ada di pena. "Untuk membaca dan memahami, itu sangat penting. Ini adalah salah satu cara untuk menyelesaikan kemiskinan di antara kita. Dan Alkitab ... Saya tidak mempercayai para pengkhotbah di gereja-gereja.
Jane dan Maruge akhirnya membentuk persahabatan yang santai, dengan Maruge melayani sebagai mentor dan Jane angkat Maruge sebagai asisten kelasnya sambil Jane mendorong and memberi pelajaran private tambahan kepada Maruge untuk menjadi orang yang mampu membaca dan menulis karena tujuan maruge adalah mau tau menulis dan membaca dan dia tidak mengharapkan kalau dia mati tanpa tidak tahu baca dan tulis..

Sayangnya, saat pertukaran guru datang, Jane harus pindah sekolah jauh dari tempat dia mangajar. Dia baik hati tetapi baik bagi anak-anak yang ia tinggali, yang semuanya menggemaskan. Ketika guru baru datang di sekolahnya Maruge, anak-anak tidak setujuh; oleh karenanya, mereka tutup gapura sekolah. Mereka mau guru seperti Jane. Maruge, kemudian, memutuskan untuk mengatur dukungan siswa/I SD untuk kepulangannya. Meskipun anak-anak bersorak setiap langkah yang Oliver Litondo (Maruge) sebagai 84 tahun membuat kebebasan, itu adalah kinerja yang tulus Jane sebagai kepala sekolah yang memenangkan kekaguman terbesar mereka. Dia adalah guru yang penuh perhatian, penyayang, sensitif, ramah, dan menyenagkan yang banyak dari mereka dapat ingat dari masa kecil mereka denganya. Individu yang berdedikasi ini adalah pahlawan yang menempa jalan bagi generasi berikutnya. Mereka layak mendapat pujian dan dukungan tanpa henti.

Drama ini menyentuh semua catatan perasaan yang orang harapkan untuk dipukul dan berpikir dua kali karena kesulitan diatasi, pengampunan dikabuli, pelajaran dipelajari dan hati dihangatkan. Tetapi pertunjukan yang kuat dan estetika visual yang dipelopori membantu mengurangi beberapa potensi sentimentalis film.

Saya suka film ini dan saya merekomendasikan Anda untuk nonton film ini.
Trialnya bisa Anda bisa lihat  disini.



DIRECTOR: Justin Chadwick; SCREENWRITER: Ann Peacock
CAST: Naomie Harris, Oliver Musila Litondo, Tony Kgoroge, Alfred Munyua, Shoki Mokgapa, Vusumuzi Michael Kunene
DISTRIBUTOR: National Geographic Entertainment, BBC Films

Kebetulan saya tidak telaah isi dari film ini secara mendalam, kemungkinan tulisan berikut.

0 comments:

Post a Comment