Ist: kutipan oleh Gusdur |
Negara kita kelihatannya seperti gawat darurat, jika kita memandangnya dengan mata batiniah apalagi hal seperti itu bisa saja dinilai oleh anak yang baru keluar dari rahim ibundanya secara harafiah/lahiriah ketika bayi itu melihat betapa sayangnya dunia baru yang begitu ketidakadilan dan ketidakmerataan yang sangat signifikan khususnya diatas bumi ibu Pertiwi dari sambang sampai kepada Indonesia paling timur Papua. Kenapa begitu darurat? Dan setiap hari ramai berbondong-bondong ke institusi tertinggi Negara untuk mengupas atas kesalahan-kesalahan mereka? Pasti mereka ini bisa saja diakibatkan karena tidak menghargai pengabdian mereka. Mereka beranggapan bahwa Garuda adalah milik mereka sendiri. Kasihan sekali, mereka belum paham arti dari Lambang Negara kita (Pancasila) dengan slogannya “Bhineka Tunggal Ika” yakni tanpa perbedaan ‘berbeda-beda SARA tetapi tetap 1’. Hanya dialah (Alm. Gusdur) yang bisa menghargai Kebhinekaan yang sampai melintasi atau mengantongi agama, ras, suku pedalaman sekalipun. Sosok Gusdur yang pernah jadi pengabdi/humanis serta gampang bergaul, peduli pada kaum minoritas atau kaum tak bersuara. Figur Gusdur “bukan Presiden yang mengkendorkan rantai Pancasila! Sebelum dan sesudah sampai kepada saat ini” Dia tidak sampai tujuan dia dihentikan oleh pelbagai penguasa kambing hitam menyalahkan pecintraan sosok Gusdur. Dia hanya duduk bangku umum Nusantara hanya genap 2 tahun. Selama dia mengabdi selama 2 tahun saja di dibanggakan teman sebayanya yakni didunia. Dia bisa saja jadi bermacam-macam profesi untuk menaggulangi gawat darurat yang orang lain tidak bisa di sembuhkan luka hati yang dirasakan oleh masyarakat Nusantara sekalipun. hanyalah katamu yang mereparasi semuanya itu. Tetapi itu hanyalah sejarah yang telah menjawab kata lubuk hati yang Gusdur lontarkan demi perubahan nusantara dari gawat darurat. Bukan kata embel-embel belaka. Penguasa zaman Sukarno sampai sekarang enggan melontarkan kata sederhana yang dilontarkan oleh (Alm. Gusdur) sendiri “gitu aja kok repot” . Gus.. ajari mereka melalui mimpi agar mereka bisa meresapi apa makna daripada pengabdi rakyat dan atau Pemerintah Terimakasih Gus…jelas sekarang, bahwa sejaralah yang telah menjawab “Gitu Aja Kok Repot” Ilustrasi: Ter-motivasi Puisi dari Inayah Wahid Buat sang Bapak (Alm. Gus Dur) Bapak… Boleh aku minta tolong diajari Bantu aku memahami Karena bapak kan katanya Presiden paling pandai seantero negri Intelektualitasnya sudah diakui Mbok ya anakmu ini diajari Memahami semua ironi ini Pak… Kenapa dulu selalu menghina Mengatakan… presiden kok buta Padahal kenyataannya… Bapaklah sebenarnya yang mengajari kita Untuk melihat manusia seutuhnya Tanpa embel-embel jabatan Atau harta, suku atau agama tak peduli bagaimana rupanya Pak… Kenapa mereka dulu melecehkan Mengatakan… presiden kok gak bisa jalan sendirian Harus dituntun kemana-mana Padahal kenyataannya… Bapaklah sebenarnya yang menuntun rakyat Indonesia Menuju demokrasi dan keadilan yang sesungguhnya Pak… Bisa tolong jelaskan Kenapa orang-orang yang dulu bapak besarkan Malah akhirnya menjatuhkan Menggigit tangan orang yang memberi mereka makan Apa mereka lupa dengan yang bapak ajarkan bahwa hidup adalah Pengabdian Yang tidak boleh meminta harta atau jabatan Pak… Tolong kirim kami jawaban Lewat mimpi atau pertanda Lewat simbol juga akan aku terima Pak… tolong Pak… tolong aku diajari Karya ini diikutsertakan untuk memeriahkan HUT perdana Rumpies The Club (RTC) |
Ist: begitu aja ko repot! |
Makidi.
0 comments:
Post a Comment