May 19, 2016

Gitu Aja Kok Repot

Ist: kutipan oleh Gusdur

Negara kita kelihatannya seperti gawat darurat, jika kita memandangnya dengan mata batiniah apalagi hal seperti itu bisa saja dinilai oleh anak yang baru keluar dari rahim ibundanya secara harafiah/lahiriah ketika bayi itu melihat betapa sayangnya dunia baru yang begitu ketidakadilan dan ketidakmerataan yang sangat signifikan khususnya diatas bumi ibu Pertiwi dari sambang sampai kepada Indonesia paling timur Papua.
Kenapa begitu darurat? Dan setiap hari ramai berbondong-bondong ke institusi tertinggi Negara untuk mengupas atas kesalahan-kesalahan mereka?
Pasti mereka ini bisa saja diakibatkan karena tidak menghargai pengabdian mereka. Mereka beranggapan bahwa Garuda adalah milik mereka sendiri.
Kasihan sekali, mereka belum paham arti dari Lambang Negara kita (Pancasila) dengan slogannya “Bhineka Tunggal Ika” yakni tanpa perbedaan ‘berbeda-beda SARA tetapi tetap 1’.
Hanya dialah (Alm. Gusdur) yang bisa menghargai Kebhinekaan yang sampai melintasi atau mengantongi  agama, ras, suku pedalaman sekalipun.
Sosok Gusdur yang pernah jadi pengabdi/humanis serta gampang bergaul, peduli pada kaum minoritas atau kaum tak bersuara. Figur Gusdur “bukan Presiden yang mengkendorkan rantai Pancasila! Sebelum dan sesudah sampai kepada saat ini”
Dia tidak sampai tujuan dia dihentikan oleh pelbagai penguasa kambing hitam menyalahkan pecintraan sosok Gusdur. Dia hanya duduk bangku umum Nusantara hanya genap 2 tahun. Selama dia mengabdi selama 2 tahun saja di dibanggakan teman sebayanya yakni didunia.
Dia bisa saja jadi bermacam-macam profesi untuk menaggulangi gawat darurat yang orang lain tidak bisa di sembuhkan luka hati yang dirasakan oleh masyarakat Nusantara sekalipun. hanyalah katamu yang mereparasi semuanya itu.
Tetapi itu hanyalah sejarah yang telah menjawab kata lubuk hati yang Gusdur lontarkan demi perubahan nusantara dari gawat darurat. Bukan kata embel-embel belaka.
Penguasa zaman Sukarno sampai sekarang enggan melontarkan kata sederhana yang dilontarkan oleh (Alm. Gusdur) sendiri “gitu aja kok repot” .
Gus.. ajari mereka melalui mimpi agar mereka bisa meresapi apa makna  daripada pengabdi rakyat dan atau Pemerintah
Terimakasih Gus…jelas sekarang, bahwa sejaralah yang telah menjawab “Gitu Aja Kok Repot”
Ilustrasi:
Ter-motivasi Puisi dari Inayah Wahid Buat sang Bapak (Alm. Gus Dur)
Bapak…
Boleh aku minta tolong diajari
Bantu aku memahami
Karena bapak kan katanya
Presiden paling pandai seantero negri
Intelektualitasnya sudah diakui
Mbok ya anakmu ini diajari
Memahami semua ironi ini

Pak…
Kenapa dulu selalu menghina
Mengatakan… presiden kok buta
Padahal kenyataannya…
Bapaklah sebenarnya yang mengajari kita
Untuk melihat manusia seutuhnya
Tanpa embel-embel jabatan
Atau harta, suku atau agama tak peduli bagaimana rupanya

Pak…
Kenapa mereka dulu melecehkan
Mengatakan… presiden kok gak bisa jalan sendirian
Harus dituntun kemana-mana
Padahal kenyataannya…
Bapaklah sebenarnya yang menuntun rakyat Indonesia
Menuju demokrasi dan keadilan yang sesungguhnya

Pak…
Bisa tolong jelaskan
Kenapa orang-orang yang dulu bapak besarkan
Malah akhirnya menjatuhkan
Menggigit tangan orang yang memberi mereka makan
Apa mereka lupa dengan yang bapak ajarkan bahwa hidup adalah
Pengabdian
Yang tidak boleh meminta harta atau jabatan

Pak…
Tolong kirim kami jawaban
Lewat mimpi atau pertanda
Lewat simbol juga akan aku terima
Pak… tolong
Pak… tolong aku diajari

Karya ini diikutsertakan untuk memeriahkan HUT perdana Rumpies The Club (RTC)


Ist: begitu aja ko repot!
Makidi. 

0 comments:

Post a Comment