“Jangan menghalang-halangi mereka, Kantor DPR adalah rumah rakyat”
oleh: Legislator/Politisi Nasdem, Laurenzius Kadepa.
Kantor Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Papua adalah rumah rakyat, tempat menampung semua aspirasi, beragam pendapat itu biasa dalam alam demokrasi. Hindari aksi anarkis apapun alasan, hargai kenyamanan, keamanan orang lain adalah harapan kami. Saya percaya, semua anggota di DPRP siap menerima aspirasi dari kelompok manapun sepanjang aksinya damai. Pihak keamanan agar mengawal masa aksi tanpa menunjukan cara" lama, yakni Represif (interogasi, penangkapan, dll). Mari kita buktikan, tanah Papua adalah tanah damai.
Tetapi, Apa yang terjadi pada belakangan ini? Sejumlah TNI/POLRI serta oknum-oknum lainnya yang pada dasarnya untuk membungkam pendapat hak sipil serta tidak senang melihat dan mendengrkan aksi/orasikan di depan rumah empunya (rumah mereka ‘rumah rakyat’) yang selalu mengupayakan untuk meredamkan atau mengabaikan destinasi pendapat dari segenap sipil.
Padahal sejak Sekolah Dasar (SD), kita tahu bahwa tutor pernah menjelaskan melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). Disana di dalam “UUD 1945 dalam pasal 28E yang berbunyi : Seiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat” dimanasaja dan kapansaja tanpa mengenal usia, kaya, miskin, dan abnormal sekalipun.
Jika demikian pengacau negara ini adalah penegak hukum (enforcement law). sebab, jika bawahannya bersih keras untuk membubarkan masa aksi (mengeluarkan pendapat) dari sipil di depan rumah milik mereka. konon itu berasal dari perintah atasan yakni penegak humum. Karena Mereka sendiri tidak bisa melakukan hal-hal seperti demikian tanpa diperintah oleh Kepalahnya.
Mereka kasih suara untuk kami pengabdi rakyat (DPR) untuk menjawab keluhan dan permintaan sesuai argumen mereka. Kenapa sampai pihak keamanan bersikap mengambing-hitamkan mengalahkan mereka sampai tampar-tamparan serta mengolok-olokan sama seperti binatang babi yang tidak cepat mati pada saat dibunuh
Sekali lagi!! Jangan menghadang mereka. bukankah mereka juga punya naluri sama seperti anda?
Berhenti kelakuan seperti ini.
Salam revolusi
Semoga....
Makidi.
0 comments:
Post a Comment